Senin, 25 Juli 2016

Sukan Warna

Di sekolah-sekolah di Indonesia, setiap tahun mengadakan perlombaan olahraga antar kelas. Bisa dikatakan, olimpiade dalam sekolahan. Classmeeting namanya. Ada juga yang menamakannya  pekan olahraga. Apapun namanya, intinya sama, perlombaan olahraga.Ada yang diadakan akhir tahun, ada juga yang pertengahan tahun. Yang dilombakanpun macam-macam. Ada yang kelompok, ada yang individu. Mulai dari yang paling tenar, sepak bola, volly, basket, bulu tangkis, lari berbagai kategori, catur hingga tarik tambang, dan bermacam perlombaan lainnya tergantung sekolah masing-masing.

Begitu juga di Thailand. Kita sudah memahami bahwa di Thailand, olahraga sangat digemari. Terutama sepak bola. Memang olahraga yang satu ini adalah olahraga yang paling fenomenal. Bayangkan saja, Christiano Ronaldo yang pemain real madrid itu, bisa beli mobil mewah, yang banyak, juga bisa mengencani cewek cantik dari berbagai negara, hanya karena main bola. Juga supporter-supporter dan penggila-penggila bola itu. Ingin jauh-jauh datang ke eropa, hanya untuk nonton orang main bola. Juga saya, yang juga ingin menginjakkan kaki di old trafford, walaupun untuk ngepel sana.

Di setiap sekolah di Thailand, ada pekan olahraga yang disebut dengan kila sii. Dalam bahasa melayu, yang dipakai di sekolah-sekolah di wilayah Thailand selatan disebut dengan sukan warna. Bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi olahraga warna. Disebut demikian karena pertandingan bukan antar kelas, tetapi antar warna. Setiap murid dan juga guru, sudah dikelompokkan dengan warna-warna tertentu sejak awal tahun ajaran baru. Yang mengelompokkan, guru olahraga. Cara mengelompokkannya juga gak terlalu mikir, ini lagi jatuh cinta dimasukkan dalam kelompok warna pink, baru ditinggal suaminya, dimasukkan warna ungu, tidak seperti itu. Ya yang penting dibagi secara acak gitu saja.
Hari yang penuh warna


Di sekolah tempat saya sendiri, dibagi menjadi tiga kelompok warna. Baik dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Merah, biru dan kuning.  Tidak ada pink dan ungu. Saya sendiri dimasukkan kedalam warna biru, walaupun saya tidak suka Chelsea. Yang penting bukan belang-belang biru-merah, seragamnya trio amerika selatan, suarez, neymar, messi itu. Tidak ada peraturan yang mewajibkan semua murid harus ikut lomba. Juga tidak dibatasi satu murid lomba apa saja. Bahkan satu murid bisa mengikuti semua lomba. Karena cabang olahraga yang dilombakan tidak terlalu banyak, jadwal tidak berbenturan antara satu dengan yang lain.

Melompat lebih tinggi

Hari pertama, bola volly untuk laki-laki dan perempuan tingkat matayum atau setingkat dengan SMP-SMA.  Juga ada olahraga semacam bola basket tetapi bolanya hanya dilempar-lemparkan saja tanpa dipantulkan dengan lantai. Keranjangnyapun menggunakan keranjang sampah, dipegang oleh pemain yang membantu agar bola yang dimasukkan rekannya masuk. Yang ini khusus perempuan, dari tingkat patum hingga matayum. Sedangkan yang khusus tingkat patum, atau setingkat SD saja, olahraga yang dilombakan yaitu lompat tali. Dan ini khusus laki-laki saja, entah kenapa. Saya sebenarnya tidak mengetahui jadwalnya sama sekali. Tahu-tahu waktunya lomba ini, lomba itu. Hari pertama, lomba bola volly yang saya ikuti.
Jangan salah tangkap bola
Bola volly tidak terlalu populer disini. Tetapi jika dibandingkan dengan olahraga abal-abal yang lain pada hari pertama ini, bola volly yang paling ramai. Dan kersane ngalah, tim biru, tim saya, kalah di babak final. Bagaimana tidak, tim saya banyak yang tidak bisa bola volly. Mereka lebih memilih menggunakan kepala dan kaki untuk  menerima bola, daripada menggunakan tangan. Setelah berusaha sebisa mungkin, kami harrus mengakui keunggulan tim lawan, dengan skor terakhir 33-31. Pertandingan yang sengit.


Jurus smash harimau
Hari kedua adalah olahraga yang ditunggu-tunggu, sepak bola. Semua murid antusias dari supporter dan para pemainnya. Tidak ada murid laki-laki dan perempuan yang memanfaatkan momen untuk mojok di semak belukar, mencari jangkrik. Suasana lapangan sudah seperti santiago bernabeu 500 tahun yang lalu. Untuk sepak bola dibagi menjadi tiga kategori. Tingkat patum, matayum kelas 1,2 dan 3, serta tingkat matayum kelas 4,5 dan 6. Saya ikut tingkat matayum kelas 1,2 dan 3. Dan kalah. Tidak usah saya ceritakan detailnya, kekalahan ini terlalu pahit.
Tendangan macan hyuga
Disepanjang pertandingan, pak guru yang menjadi komentator dengan semangatnya terus mengoceh tiada henti, saya tidak paham sama sekali. Walaupun bahasa thailand bukanlah bahasa yang paling sulit dipelajari, karena bahasa yang paling sulit dipelajari adalah bahasa kaum perempuan, tetapi tetap saja, telinga dan otak saya belum sepenuhnya adaptasi untuk mengolah arti dan makna ucapan komentator. Diselingi dengan lagu goyang dumang yang terus berulang-ulang tanpa henti, membuat suasana semakin ramai. Entah bagaimana ceritanya lagu yang dinyanyikan cita citata ini sampai disini. Memang untuk wilayah Thailand yang berbatasan langsung dengan Malaysia, -yang bahasanya masih melayu itu- cita cita, wali dan berbagai band Indonesia yang bahkan saya sendiri tidak banyak kenal, sangat tenar.

Hari ketiga adalah hari terakhir event sekolah tahunan ini. Bertepatan pada hari jumat. Sebagai pamungkas,  lomba lari pada pagi hari dan final sepak bola untuk tingkat teratas pada sore hari. Tim biru melawan tim kuning. Saya tidak ikut, yang lain sudah banyak yang lebih pandai. Daripada kalah lagi. Pada hari ketiga ini, dimulai dengan arak-arakan para atlet mengelilingi lapangan dengan berbagai atribut kebanggaanya. Seperti olimpiade kecil-kecilan. Yang paling depan, foto raja dan ratu. Mengikuti dibelakangmya, para atlet kebanggaan setiap tim.


Selesai arak-arakan, para supporter –yang juga sekaligus menjadi pemain- duduk di samping lapangan menurut warnanya masing-masing, untuk menyaksikan lomba lari. Lomba lari ini terdiri dari berbagai kategori dari berbagai tingkat. Dari anak yang paling kecil, yang baru bisa lari itu, hingga anak yang paling besar, bahkan tingkat guru juga ada. Ada lari individu, ada juga estafet. Jika menurut gender, laki-laki dan perempuan semua ikut, yang tengah-tengah tidak ikut. Saya sendiri mewakili warna saya untuk tingkat guru, dan menang. Tidak terlalu membanggakan, memang saya unggul dari segi usia.
[BUKAN] berlari mengejar yang tak pasti

Setelah sholat jum’at, dimulai pertandingan final sepak bola. Tim biru, tim saya, melawan tim kuning. Tidak usahlah saya ceritakan juga, karena saya tidak ikut bertanding. Intinya tim biru, tim kami, menang, juara. Setelah pertandingan selesai, baru dijumlah keseluruhan lomba untuk mencari juara umum. Para murid, eh para atlet, dikumpulkan ditengah-tengah lapangan yang panas untuk menunggu pengumuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sing Nulis

authorMahmud Rofi'i. I'm no body.
Learn More ?