Sabtu, 27 Mei 2017


Bagi shu, kumpulan pelacur adalah sekumpulan manusia hina, rendah, bermoral bejat, pantas disamakan dengan tikus gudang dan segala hal yang berkonotasi buruk. Bagi Shu, seorang  laki-laki yang tidak mau menolong dan suka menggoda pelacur adalah manusia menjijikkan, tidak boleh didekati, hanya pantas dipandang sebelah mata dan sederajat dengan kumpulan pelacur tadi.

Shu adalah pelajar 14 tahun di sebuah gereja di Nanking, Tiongkok. Dia dan teman-temannya diajari menjadi seorang kristen yang taat, juga diajari Bahasa Inggris sehingga dia dan teman-temannya bisa berkomunikasi dengan orang asing. Tidak hanya Shu, teman-temannyapun memiliki pandangan yang sama tentang pelacur dan lelaki mesum tadi. Hal ini tidak mengherankan, karena ini adalah pandangan masyarakat umum.

Pada saat itu adalah masa pendudukan Jepang. Para pelajar berlindung di gereja, tempat yang dijamin keamanannya setelah ada perjanjian antara jepang dan pemerintah kota setempat. Di lain pihak, ada seorang lelaki jururawat mayat bernama John, orang amerika.Dia datang ke gereja (lebih tepatnya katedral) untuk menguburkan sang pendeta yang baru saja meninggal. Keadaan luar kategral bukanlah keadaan yang menyenangkan. Terjadi baku tembak di mana-mana. Tentara jepang tidak peduli apakah itu laki-laki, perempuan, anak-anak, orang asing, pelajar, pekerja atau bahkan pelacur sekalipun. Semua yang didapatinya akan ditembak mati. Bukan hal mudah bagi John dan juga para pelajar lain untuk menuju katedral. Mereka dilindungi oleh tentara Cina yang mati karena kalah dalam jumlah dan kemajuan peralatan perang.

Malang bagi John. Dia datang ke katedral untuk bekerja tetapi tidak ada uang di katedral. Hanya ada seorang pelajar laki-laki dan beberapa pelajar perempuan yang berhasil selamat dari kejaran tentara Jepang, termasuk Shu. Para pelajar yang rata-rata 14 tahun tersebut, meminta pertolongan pada John, tetapi John tidak mau. John akhirnya menginap di kamar milik pendeta, yang lebih mewah dari tempat pengungsian perang manapun.

Esok hari, rombongan pelacur datang ke katedral (suatu hal yang dilarang), untuk berlindung. Tak ayal, hal itu membuat John girang. Barangkali bisa meniduri mereka secara cuma-cuma. Wajah kebencian tampak pada wajah Shu dan kawan-kawannya. Mereka bahkan tidak sudi untuk berbagi kamar mandi dengan para pelacur itu. Wanita kotor tidak boleh menggunakan kamar mandi wanita suci. Juga tempat tidur. Para pelacur itu diberi tempat tidur di ruangan bawah lantai.

 
Cerita di atas adalah potongan cerita dalam film The Flowers Of War. Film yang dibintangi oleh aktor terkenal, Christian Bale. Film tersebut berdasarkan pada sebuah novella karya Geling Yan, 13 Flowers of Nanjing, yang terinspirasi oleh buku harian Minnie Vautrin. Belum berhenti disitu, cerita berlanjut ketika tentara Jepang mendatangi katedral karena curiga ada tentara China yang bersembunyi. Shu dan kawan-kawanya berlari untuk segera sembunyi di tempat pelacur, suatu tempat yang paling aman. Tapi malang baginya, tentara jepang mampu mengejarnya. Tepat di atas tempat perlindungan pelacur, Shu memilih lari sehingga para pelacur aman di tempatnya. Naluri John tergugah. Dia menyamar menjadi pendeta untuk melindungi para pelajar. Dasar para tentara sudah terlalu berahi, mereka mengejar para pelajar untuk diperkosa hingga salah satu pelajar memilih untuk bunuh diri. Tiba-tiba terdengar tembakan dari luar dan salah satu tentara tumbang. Semua lari bersiap untuk memburu tentara cina meninggalkan kesan mengerikan bagi Shu dan kawan-kawan.

Selang beberapa hari, komandan jepang datang untuk minta maaf sekaligus mengundang para pelajar untuk menyanyi di pesta para petinggi Jepang. John tau, mereka tidak hanya disuruh menyanyi. Yu Mo, sebagai pelacur yang disegani oleh kawan-kawannya juga tahu itu. Shu dan kawan-kawannya yang juga menyadari, merencanakan untuk bunuh diri. Secara tiba-tiba, Yu Mo dan teman-teman pelacurnya memutuskan untuk menggantikan para pelajar menyanyi di pesta para petinggi Jepang. Shu tidak jadi bunuh diri, dan John merencanakan untuk melarikan pelajar dari Nanking.

Sampai di sini Shu menyadari bahwa ada sisi baik dari orang yang telah dianggap hina olehnya. Shu menyadari, bahkan mereka mau mengorbankan dirinya untuk Shu dan kawan-kawan. Shu menyadari bahwa mereka juga sama dengan dirinya, sebagai manusia biasa.
0


Selamat datang bulan penuh rahmat, bulan penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat beribu ampunan, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang bahkan lebih baik dari seribu bulan. Selamat datang bulan Ramadhan, Marhaban Yaa Ramadhan.
0

Sing Nulis

authorMahmud Rofi'i. I'm no body.
Learn More ?