Kamis, 04 Agustus 2016

Ingin Menuntut Ilmu Di Indonesia



“saya besok ingin pergi ke Indonesia,” begitu kata bang adil suatu ketika. Bang adil, seorang pemuda dari Pattani. Menjalankan program semacam pengabdian masyarakat, untuk memenuhi syarat kelulusan dari sekolah tempatnya menuntut ilmu di wilayah Yala, salah satu dari tiga wilayah yang  ingin memerdekakan diri.  Dia berada satu sekolah dengan saya. Dia adalah salah satu dari sekian banyak pelajar Thailand yang ingin meneruskan studinya di Indonesia.

Saat ini, ada ribuan pelajar Thailand, khususnya Thailand selatan yang menempuh pendidikan di Indonesia. Umumnya mereka mendalami ilmu agama. Mereka tersebar di berbagai lembaga pendidikan baik itu pondok pesantren ataupun universitas di Indonesia, khususnya di Jawa. Indonesia adalah salah satu tujuan utama mereka menuntut ilmu, disamping timur tengah.

Rata-rata, pelajar Thailand selatan yang ingin meneruskan studinya di luar negeri, mereka diberi dua pilihan, Indonesia atau timur tengah. Timur tengah sendiri ada berbagai negara, yang populer di sini yaitu Mesir, Arab Saudi dan Yordania. Teman saya, Hadi, pernah bercerita. Ketika dia bertanya kepada salah satu murid di sekolahan tempatnya KKN-PPL tentang kenapa memilih di Indonesia, muridnya menjawab, “Karena ustadz saya pernah berkata, jika ingin mempelajari syari’at islam, belajarlah di timur tengah, jika ingin mempelajari tarbiyah islam, belajarlah ke Indonesia.”

Saya juga pernah bertanya kepada bang Adil, teman saya tersebut, “kenapa tidak memilih di di Timur tengah?” “Karena di Indonesia bahasanya sama, selain itu di Indonesia lebih murah.” Saya mengejarnya dengan pertanyaan yang lain, “kenapa tidak di Malaysia saja, yang lebih dekat?” Dia hanya menjawab dengan singkat, “karena di Indonesia lebih murah.” Alasan yang sama ketika ditanyakan kepada pelajar-pelajar yang lain. Tetapi ada salah satu pelajar yang menjawab dengan berbeda, “karena perempuan Indonesia cantik dan sholehah”.  Wah ini, jawaban yang paling jujur, batin saya. Mungkin dia belum pernah nonto konser dangdut koplo.

Sebenarnya, hal ini tak lepas dari kiprah para pelajar Thailand alumni berbagai lembaga pendidikan di Indonesia. Lewat sepak terjangnya, masyarakat menilai bahwa mereka telah berhasil mengamalkan ilmunya. Selain itu, tak jarang dari mereka yang menjadi pemuka agama, tokoh masyarakat dan juga pendiri sekolah-sekolah besar di daerah Thailand Selatan ini. Lewat mereka, tanpa mereka berkata sedikitpun tentang Indonesia, sudah menggiring opini masyarakat bahwa pendidikan Islam di Indonesia adalah baik.

Selain itu, tentunya, ehm, para pelajar Indonesia yang berada di Thailand. Baik itu yang sudah menjadi guru tetap, yang menjalankan program KKN-PPL ataupun yang memang menempuh studi di sini. Merekalah (baca:kamilah) orang Indonesia yang terjun langsung bersinggungan dengan pelajar-pelajar maupun masyarakat Thailand. Tidak sedikit dari pelajar-pelajar Thailand yang terinspirasi ingin melanjutkan studinya ke Indonesia karena mereka (baca:kami).  Ada yang terinspirasi karena kepandaiannya, skillnya, penguasaan ilmunya, pribadinya yang menyenangkan, mengajarnya yang asik hingga karena ketampanan atau kecantikannya.





 

Ketika baboh* , pergi ke Indonesia, ada semangat tersendiri dari beliau untuk menyekolahkan anak-anaknya di Indonesia. Beliau berada di Indonesia selama satu minggu bersama badan alumni, badan yang beranggotakan orang-orang Thailand selatan alumni berbagai perguruan tinggi di berbagai negara.  Kala itu badan alumni -yang juga memfasilitasi dan mendorong pelajar-pelajar Thailand untuk melanjutkan studi di Indonesia- mengantarkan pelajar-pelajar pilihan untuk melanjutkan studi di Indonesia. Di samping juga kunjungan-kunjungan ke berbagai perguruan tinggi.

Sampai di Thailand, beliau mengatakan bahwa sekolah kita mendapat jatah untuk mengirimkan pelajar ke Indonesia. Sontak para pelajar langsung berbinar matanya. Beliau menceritakan kunjungannya di Indonesia. Sepertinya beliau terkesan pada Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Beliau juga menceritakan  tentang presiden RI ke-empat, Gus dur atau KH Abdurrahman Wahid, cucu dari Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Juga perjuangan pesantren Tebuireng ketika masa penjajahan. Beliau berkata langsung akan mengirimkan anak-anaknya kesana. Sedangkan anaknya yang pertama sudah berada di Tulungagung. Sedang menempuh studi di IAIN Tulungagung.

Besoknya, anaknya baboh yang perempuan, yang tinggi, yang cantik, yang sebelumnya saya kira bukan anaknya, yang namanya Kalima, ngomong pada saya, “Bang, besok saya pergi ke Indonesia”. Saya hanya menjawab singkat, “Iyakah, kapan?”. “Pulang ikut kamu, makan di rumah kamu, tidur di rumah kamu.” Wah lha iki.

Di tengah menteri pendidikan yang dibongkar pasang, di tengah degradasi moral yang dialami pendidikan Indonesia, ditengah berbagai kasus yang dilakukan oleh oknum guru, ditengah berbagai pelanggaran dan kerusakan moral para pelajar Indonesia dan juga di tengah bertubi-tubinya masalah menyerang dunia pendidikan Indonesia, ada harapan dari masyarakat Thailand Selatan untuk menuntut ilmu di Indonesia. Mencicipi pahit manis dunia pendidikan Indonesia, guna mengamalkan ilmu dan membangun Thailand selatan tanah tumpah darah mereka.

*Sebutan untuk pimpinan lembaga pendidikan islam, pemuka agama, kyai jika di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sing Nulis

authorMahmud Rofi'i. I'm no body.
Learn More ?