Minggu, 05 Juni 2016

Bismillahirrohmaanirrohiim

Walaupun jauh dari negeri harus tetap ingat dengan Panca Jiwa dan Panca Tujuan


Pattani, 29 Mei 2016

Hari ini dalah hari pertama saya menginjakkan kaki di tanah Thailand, negeri gajah putih. Saya kesini bukan untuk jalan-jalan atau bahasa anak sekarang ngetrip. Jelas budget saya tidak  mencukupi untuk sekedar jalan-jalan ke luar negeri. Hari ini, saya bersama 93 mahasiswa beruntung se-Indonesia mendapatkan kesempatan dalam program pertukaran pelajar yang diwujudkan dengan KKN-PPL di Thailand.

Saat tulisan ini dibuat, saya berada di lantai 5 kamar 10 hotel CS pattani. Pikiran saya melayang mengingatkan bagaimana saya berada disini.

Entah hari itu hari apa. Di kampus saya, Ibrahimy, ada pengumuman seleksi KKN-PPL di Thailand. Saya yang dari dulu sangat ingin ke luar negeri dalam program pendidikan, langsung saja mendaftarkan diri. Entah bagaimana caranya, pokoknya daftar saja dulu. Dalam pikiran saya, “sing penting yakin”. Sebenarnya dalam hati, saya agak sombong. “kalau hanya Ibrahimy saya yain dengan kemampuan saya, saya bisa lolos”.

Lha kok ternyata dari kuota yang ditentukan lima orang yang daftar hanya enam orang saja. Entah dari ribuan mahasiswa lain karena ragu, pesimis atau masalah izin sehingga tiidak mendaftarkan diri.  Kasihan yang satu orang ini jika tidak bisa masuk seleksi, saya kok juga jadi pesimis. Jika dari background para pendaftar, kelihatannya termasuk orang-orang yang berkualitas. Saya sendiripun belum memiliki modal keuangan untuk biaya KKN ini. FYI, di kampus saya, biaya pengurusan passport, visa dan transport ditanggung sendiri oleh mahasiswa. Berbeda dengan kampus lain yang menyediakan seluruh biaya keperluan mahasiswa yang berangkat ke Thaland. Saya sendiripn memahami keadaan kampus. Otak saya yang sudah terdoktrin oleh trilogi novelnya mas Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara, sudah tidak peduli lagi jalan yang harus ditempuh (tentunya jalan yang halal). Ngutang ya ngutang.

Contoh lain ketiaka salah satu persyaratannya adala mengumpulkan KHS. Sedangkan KHS saya belum saya perbaiaki untuk mata kuliah yang gagal (gitu kok percaya diri). Dan kebijakan kampus menentukan bagi yang mata kuliahnya gagal, diharap untuk mengambil semester pendek. Gek makhluk yang namanya semester pendek itu, sudah sejak satu semester atau bahkan satu tahun sebelumnya tidak juga muncul hidungnya. Setiapsaya tanyakan, jawabannya sama, “tunggu”.

Dalam hati saya terus berkecamuk, saya harus ngomong langsung ke pembant rektor sebagai pembuat kebijakan. Selepas sholat ashar, saya fatihahi (saya bacakan surat al-fatihah) terlebih dahulu agar jalan saya dimudahkan.Ndilalah kersane ngalah, ketika saya ngomong, pak pembantu rektor telah mengubah kebijakannya tersebut, alhamdulillaaah . . . .

Hari demi hari berganti. Tibalah saatnya untuk melakukan tes. Tes dilaksanakan pada jam 14.00 WIB. Kala itu sudah datang lima mahasiswa. Tes pertama, tes tulis bahasa inggris dan bahasa arab. Teman-teman peserta tes, terus saja berdo’a agar orang keenam tidak datang. Dengan begtu, otomatis kami yang berjumlah lima orang ini sudah memenuhi kuota dan bisa lolos seleksi. Tes kedua tes lisan. Juga bahasa arab dan bahasa inggris. Disini saya agak merasa grogi. Bukan karena apa-apa, hanya saja bu dosennya itu lo yang bikin kerinat dingin bercucuran. Senyumnya itu lo, ehm.

Sampai tes berakhir, si orang keenam tidak datang. Tak pelak, kawan-kawan pun bersorak. Di tengah kegembiraan kawan-kawan, Gus Endy, Ketua LPPM bilang, walaupun hanya lima orang, akan tetap kami seleksi. Kami tdak mau mengirimkan mahasiswa yang tidak memenuhi kriteia kami. Alaaaahhhh . . . . .

Hari demi hari berganti. Akhirnya pengumuman tes keluar. Daaaan

Alhamdulillah kami lolos semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sing Nulis

authorMahmud Rofi'i. I'm no body.
Learn More ?